Cara Lain Input Saldo Awal SIMDA Keuangan dan Mapping OPD Lama ke OPD Baru

Menginput saldo awal pada SIMDA Keuangan merupakan rutinitas tahunan yang jika dikerjakan secara manual membutuhkan waktu yang lumayan lama. Apalagi kalau dikerjakan ketika hati sedang galau karena cicilan utang belum lunas. Memang SIMDA Keuangan sudah menyediakan menu untuk export-import saldo awal. Namun saya sendiri tidak pernah menggunakannya. Saya lebih suka menggunakan query yang saya buat sendiri (biar greget), karena lebih mudah menangani jika terjadi error pada saat mentransfer saldo awal. Ketika melakukan transfer saldo awal kita bisa langsung mengetahui Kode Rekening apa saja yang tidak sinkron antara database lama dengan database baru. Terlebih lagi adanya perubahan OPD di tahun 2017, maka diperlukan adanya mapping OPD lama ke OPD baru.

Saya akan jelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk mentransfer saldo akhir tahun 2016 menjadi saldo awal tahun 2017. Dalam proses ini saya menggunakan Navicat Premium versi 11.0. Jika kurang bisa dimengerti, maafkan karena tidak menjelaskan secara jelas dan detail.

Baca Selengkapnya

Kumpulan Query SQL SIMDA Keuangan Selama Pemeriksaan BPK

Selama pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah oleh BPK, saya sering dimintai berbagai jenis data. Pemeriksa dari BPK menyiapkan format yang dan saya sebagai admin SIMDA Keuangan yang kebetulan mengerti query SQL harus memutar otak untuk merangkai query SQL sesuai permintaan. Beberapa query SQL yang paling sering diminta adalah Register SPP, SPM, SP2D, lengkap dengan rincian belanjanya. Kemudian ada register STS, register pengembalian belanja, yang semua itu akan digunakan untuk menguji angka di dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Sayangnya di dalam SIMDA Keuangan laporan yang seperti itu tidak ada. Maka dari itu diperlukanlah query SQL untuk mengambil data tersebut. Namun data yang diambil menggunakan query SQL kadang memerlukan pengolah kembali menggunakan Excel, misalnya menggunakan pivot table agar format tabel sesuai dengan yang diinginkan.

Beberapa query yang saya gunakan selama pemeriksaan BPK adalah sebagai berikut:

  1. Register STS per SKPD dengan kode akun pendapatan sampai dengan rincian obyek.
  2. Register SPP, SPM, SP2D per SKPD dengan kode akun belanja sampai dengan rincian obyek.
  3. Jumlah SP2D per SKPD, per Jenis SP2D, dilengkapi dengan jumlah pengembalian belanja, setoran sisa UP, setoran sisa TU.

Query-query tersebut dapat saya jelaskan sebagai berikut:

Baca Selengkapnya

Personal Project: SIMDA BMD Berbasis Web

Kembali lagi dengan proyek iseng saya yang lain. Kali ini saya membuat web interface untuk SIMDA BMD. Tulisan ini masih terkait dengan tulisan saya sebelumnya. Di sana dijelaskan kenapa saya menyukai web based application. Saya merasa web based application memiliki lebih banyak keunggulannya, entah pendapat saya ini benar atau tidak. Karena tulisan ini adalah tulisan saya jadi terserah saya 🙂 Jika semua aplikasi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah bisa dibikin berbasis web, saya akan sangat senang. Akan lebih mudah melakukan update atau melakukan tweak. Maklum saya termasuk malas melakukan update database maupun update aplikasi satu per satu pada komputer klien, terutama klien yang masih offline. Daripada  hanya bisa mengkhayalkan semua aplikasi keuangan berbasis web, saya memilih untuk membuatnya, meski masih banyak kekurangan. Kenapa saya bikin aplikasi yang masih banyak kekurangan? Karena dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut, maka ada bahan yang bisa saya bahas di dalam tulisan ini 😀 Biar tulisan ini nggak pendek-pendek amat. Gitu.

Baca Selengkapnya

Apa yang Terjadi di Dalam Database SIMDA Keuangan? Part 1

Tulisan ini saya tulis hanya ingin berbagi kepada para administrator yang baru berkecimpung dalam dunia per-SIMDA-an. Pengetahuan saya tentang apa yang terjadi di balik database SIMDA masih belum lengkap, masih perlu banyak belajar lagi. Apa saja yang akan saya bahas di sini? Sesuai judulnya, saya akan membedah proses yang terjadi pada database SIMDA terutama permasalah-permasalahan yang sering saya temui di dalam database. Seperti yang para admin sudah ketahui, SIMDA Keuangan BPKP menggunakan Microsoft SQL Server sebagai server database. Karena SIMDA pula saya untuk pertama kali berurusan dengan Microsoft SQL Server, dari yang biasanya lebih familier dengan MySQL.

Di dalam sebuah database tentu saja terdiri dari tabel-tabel. Saya akan membagi tabel-tabel tersebut menurut dua kriteria. Pertama, berdasarkan kriteria, saya sebut saja ‘ayah dan anak’, tabel-tabel dibagi menjadi dua jenis, tabel ayah dan tabel anak. Semua tabel ayah berawalan Ref dan table anak berawalan Ta. Tabel anak menyimpan foreign key yang berasal dari tabel ayah, kira-kira begitulah. Tapi saya tidak akan membahas kriteria yang satu ini. Saya akan membahas kriteria yang kedua, kriteria ‘transaksi dan jurnal’, yaitu tabel-tabel dibagi menjadi dua bagian yaitu tabel transaksi dan table jurnal. Tabel transaksi menyimpan data transaksi, contohnya tabel untuk menyimpan bukti pengeluaran (Ta_Bukti_Penerimaan), STS (Ta_STS), tagihan (Ta_SPP), SP2D (Ta_SP2D), dan jurnal memorial (Ta_Jurnal dan Ta_JurnalAk). Pada saat user menyimpan data pada tabel-tabel tersebut, aplikasi SIMDA secara otomatis membuat jurnalnya yang disimpan di tabel jurnal. Ada 4 tabel untuk menyimpan jurnal tersebut, yaitu Ta_JurnalSemua dan Ta_JurnalSemua_Rinc untuk laporan CTA, Ta_JurnalSemuaAk dan Ta_JurnalSemuaAk_Rinc untuk laporan akrual.

Masalah yang sering timbul karena pembagian ini adalah kedua jenis tabel ini kemungkinan menyimpan data yang tidak sama alias tidak nyambung. Tabel transaksi bilang A, tabel jurnal bilang B, atau tabel transaksi bilang X, tabel jurnal nggak bilang apa-apa alias kosong. Misalnya, seringkali saya melihat perbedaan angka antara laporan di bendahara pengeluaran dengan laporan di pembukuan. Sebenarnya, ketidaknyambungan ini bisa dengan mudah diselesaikan dengan melakukan rebuild total jurnal. Tapi tunggu dulu, rebuild total jurnal menurut saya terlalu ekstrim untuk dilakukan, terutama saat database masih diakses oleh banyak orang. Dan biasanya memakan waktu yang lama, apalagi transaksi sudah sangat banyak. Memang lebih mantap menggunakan rebuild total, tapi saya lebih suka menggunakan query untuk mencari ketidaknyambungan tersebut dan melakukan rebuild secara parsial. Bagaimana saya melakukannya?

Baca Selengkapnya

Mengolah Data SIMDA Keuangan Menggunakan Pivot Table pada Excel

Sebagai pengguna SIMDA Keuangan BPKP, pada saat-saat tertentu saya sering merasa kesulitan dalam menghasilkan data dengan format tertentu langsung dari preview report SIMDA. Hal ini sering terjadi saat pemeriksaan BPK. Misalnya, pemeriksan meminta Laporan Operasional yang sampai dengan rincian obyek. Di SIMDA laporan ini tidak tersedia, jika pun mau bersusah-susah data tersebut sudah ada di Buku Besar Pembantu, namun harus di-preview satu per satu. Lalu bagaimana cara mudah untuk membuatnya? Dengan bantuan query dan Excel semua dapat dengan mudah dibuat.

Berikut query yang saya gunakan untuk membuat pivot table LO, LRA Permendagri 13, LRA Permendagri 64. Query ini akan menghasilkan yang berisi data unit, sub unit, program, kegiatan,  rekening, anggaran, dan realisasi.

Baca Selengkapnya

Personal Project: SIMDA Keuangan Berbasis Web

Sebagai seorang web programmer, jika dihadapkan pada sebuah pilihan, antara desktop application atau web based application, tentu saja saya lebih memilih web based application. Dengan keunggulan bisa diakses dari mana saja (PC, laptop, tablet, smartphone) lewat browser selama ada koneksi internet. Hal ini mengingatkan saya pada aplikasi yang setiap hari saya tangani di kantor, yaitu SIMDA Keuangan BPKP. Saya membayangkan SIMDA adalah web based application (tentu saja web yang mobile friendly). Mau di mana aja pake alat apa aja oke. Yang penting itu, setiap ada update versi terbaru, admin tidak harus meng-update satu per satu PC atau laptopnya SKPD. Cukup dilakukan di server. Atau minimal ada menu check for update di SIMDA, tinggal klik dan aplikasi pun ter-update. Tapi kali ini saya tidak akan membahas apa saja yang harus dikembangkan pada aplikasi SIMDA. Saya akan membahas proyek iseng yang pernah saya kerjakan, yaitu membangun SIMDA Keuangan berbasis web. Apa maksudnya ini?

Baca Selengkapnya

Perlu Nggak Sih Bagan Akun Standar yang Sama dari Penganggaran, Penatausahaan, sampai dengan Pelaporan?

Seharusnya tulisan ini saya tulis di akhir tahun 2014 yang lalu ketika Pemerintah Daerah bersiap-siap untuk menerapkan Standar Akuntansi Berbasis Akrual di tahun 2015. (Meskipun setahu saya beberapa daerah sudah melaksanakan selama beberapa tahun) Tapi tak apalah, toh isi dari tulisan ini masih relevan untuk saya bahas. Namun dengan satu catatan penting untuk para pembaca ketahui, tulisan ini dimaksudkan hanya untuk menghibur diri saya dari segala bentuk rutinitas pekerjaan. Dan satu lagi, semua isi tulisan ini hanyalah hal kecil yang suka saya besar-besarkan.

Saya mulai dengan sebuah kalimat, “Jika bisa dipermudah kenapa harus dipersulit?” Kalimat itu muncul di dalam kepala saya ketika melakukan mapping kode rekening Permendagri 21 Tahun 2011 ke kode rekening Permendagri 64 Tahun 2013 pada aplikasi SIMDA Keuangan. Masih ada mapping yang lain yaitu, mapping kode rekening Permendagri 21 Tahun 2011 ke kode rekening SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan). Semua mapping tersebut diperlukan karena kode rekening antara penganggaran dan penatausahaan (Permendagri 21 Tahun 2011) dengan pelaporan (Permendagri 64 Tahun 2013 dan SAP) berbeda. Kadang saya bertanya, kenapa semua kode rekening tersebut tidak disamakan dari penganggaran sampai dengan pelaporan? Maklum saya kadang malas dalam urusan per-mapping-an, karena sering dibingungkan dengan pertanyaan, kode rekening ini mapping-nya ke kode rekening yang mana? Kok nggak ada? Solusinya adalah tambahkan! Sekian, dan masalah pun beres. Selama ada aplikasi yang membantu, masalah mapping bukanlah bisa disebut sebagai sebuah masalah. Tapi entah kenapa ‘hati nurani‘ (baca: pola pikir seorang programmer yang ingin semua hal terstruktur dengan amat sangat rapi) saya masih belum bisa terima. Sekali lagi kalimat itu muncul lagi di dalam kepala saya. “Jika bisa dipermudah kenapa harus dipersulit?”. Akan terasa lebih mudah jika seluruh alur pengelolaan keuangan daerah memiliki satu standar kode rekening, saya istilahkan dengan ‘Bagan Akun Emang Standar Dari Awal Sampai Akhir‘. Saya nggak bakalan pusing-pusing lagi me-mapping.

Baca Selengkapnya